News &
Updates

News Image

Share

Sanmar Gelar Edukasi Donor Darah bersama RSUD dr. Soetomo
28 September 2025

 

Surabaya, Kampus Ursulin – Sanmaris, hari ini, Jumat, 26 September 2025, para siswa kelas XII SMA Santa Maria Surabaya mendapat kesempatan berharga untuk mengikuti penyuluhan tentang pentingnya donor darah. Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 08.30–09.30 WIB di Ruang Ursula, dengan narasumber dr. Agi Harliani Soehardjo, M.Biomed., Dokter Instalasi Transfusi Darah RSUD dr. Soetomo sekaligus alumna SMA Santa Maria Surabaya angkatan 1985.

Dalam sesi edukasi ini, dr. Agi menjelaskan secara komprehensif mengenai definisi donor darah, alur pelaksanaan, hingga manfaatnya bagi kesehatan. Donor darah, menurut beliau, adalah bentuk kepedulian sosial yang sangat mulia karena dapat menyelamatkan nyawa pasien yang membutuhkan transfusi.

Beliau juga menekankan pentingnya menjadi donor darah lestari, yakni orang berusia 17–60 tahun yang secara rutin dan sukarela bersedia menyumbangkan darah dengan kondisi kesehatan yang memadai. Dijelaskan pula tentang jeda antar donasi darah: dua bulan untuk donor darah lengkap, dan dua minggu untuk donor apheresis.

Selain itu, dr. Agi memaparkan secara rinci kriteria umum penerimaan donor, mulai dari usia, kondisi fisik, hingga hasil pemeriksaan kesehatan. Siswa juga diberi pemahaman tentang penolakan donor sementara maupun permanen, misalnya karena faktor usia, kondisi medis tertentu, atau gaya hidup berisiko.

Sesi penyuluhan ini semakin menarik dengan adanya tanya jawab dari para siswa, salah satunya adalah Zeno Veraldo Remindi Eltheo, dari kelas XII.3. “Apakah tato dapat memengaruhi seseorang dalam proses seleksi donor darah?” tanya Zeno. Menanggapi pertanyaan itu, dr. Agi menegaskan bahwa tato bisa menjadi pertimbangan penting karena adanya risiko penularan penyakit dari alat tato yang digunakan. “Kita harus berhati-hati, karena kebersihan dan sterilisasi alat tato sangat menentukan. Bila tidak memenuhi standar kesehatan, hal ini dapat menjadi penghalang untuk bisa mendonorkan darah,” jelas dr. Agi.

Selain itu, Enricho Myles Golton, siswa kelas XII.4, bertanya tentang syarat khusus untuk donor darah apheresis. “Apa saja syarat untuk melakukan donor secara apheresis?” tanya Enricho. “Untuk apheresis syaratnya minimal berat badan 55 kg, pembuluh venanya relatif lurus, dan sebaiknya sudah pernah donor beberapa kali sebelumnya. Hal ini untuk mencegah tubuh kaget atau shock, serta agar sudah terbiasa diambil darahnya,” tukas dr. Agi lagi.

Tak kalah antusias, Rebecca Natasya Purnomo, siswa kelas XII.4, pun turut mengajukan pertanyaan mengenai pengaruh penggunaan anting-anting atau tindik telinga bagi pendonor. “Jika baru saja ditindik, ada masa tunggu tertentu sebelum boleh donor, untuk memastikan tidak ada infeksi atau penularan penyakit,” tegas dr. Agi menjawab pertanyaan Rebecca.

Melalui penyuluhan ini, para siswa diharapkan tidak hanya memahami prosedur donor darah, tetapi juga menyadari manfaatnya bagi kesehatan jangka panjang. Donor darah bukan hanya memberi kesempatan hidup bagi orang lain, tetapi juga menjadi langkah nyata menjaga kesehatan tubuh.

Dengan kegiatan ini, SMA Santa Maria Surabaya terus berkomitmen membekali siswanya dengan wawasan dan kepedulian sosial, serta menanamkan nilai solidaritas dan kemanusiaan sejak dini.

 

Penulis: Bernardus Khrisma Wibisono, Humas Yayasan Paratha Bhakti