Surabaya, Kampus Ursulin. Saya berkesempatan mengikuti Bimbingan Teknis Digitalisasi Pembelajaran yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan. Ini adalah pengalaman berharga yang tidak hanya memperluas wawasan saya mengenai teknologi pembelajaran, tetapi juga membuka perspektif baru tentang bagaimana pendidikan dapat berkembang di masa depan. Kegiatan ini berlangsung selama empat hari, mulai Kamis hingga Minggu, 6–9 November 2025, bertempat di Hotel Wyndham Surabaya, dan diikuti oleh 205 peserta dari 205 sekolah, masing-masing diwakili oleh satu guru.

Hari Pertama: Pembukaan
Saya tiba di lokasi pada siang hari dan langsung mengikuti proses registrasi peserta yang dimulai pukul 14.00 WIB. Setelah beristirahat sejenak, kegiatan dilanjutkan dengan pre-test pada pukul 16.00 WIB untuk mengetahui pemahaman awal kami tentang materi yang akan dibahas. Malam harinya, tepat pukul 20.00 WIB, acara dibuka secara resmi. Momen ini memberi saya gambaran umum tentang pentingnya digitalisasi dalam menghadapi tantangan dunia pendidikan saat ini.

Hari Kedua: Pengenalan IFP dan Materi Kecerdasan Artifisial
Hari kedua menjadi salah satu bagian yang paling menarik bagi saya. Sesi dimulai dengan pengenalan perangkat IFP (Interactive Flat Panel). Para narasumber menjelaskan apa itu IFP, bagaimana cara kerjanya, serta bagaimana perangkat ini dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Mendengar penjelasan tersebut, saya mulai membayangkan bagaimana pembelajaran di sekolah bisa menjadi jauh lebih interaktif dan menarik bagi siswa.
Materi kemudian berlanjut pada Kecerdasan Artifisial (AI) di jenjang SMA, sebuah topik yang membuka wawasan saya bahwa AI bukan lagi sekadar tren, tetapi sebuah kebutuhan untuk mempersiapkan siswa menghadapi masa depan. Setelahnya, kami mengikuti sesi eksplorasi IFP secara berkelompok, yang menjadi salah satu kegiatan paling menarik menurut saya. Banyak fitur IFP yang begitu intuitif dan kaya fungsi, sehingga saya merasa betapa besarnya potensi perangkat ini dalam menciptakan pengalaman belajar yang lebih hidup.

Pada akhir hari, kami diberi tugas untuk menyusun modul ajar yang memanfaatkan IFP dalam pembelajaran. Tantangan ini membuat saya semakin memahami bagaimana teknologi dapat memberi nilai tambah dalam proses belajar mengajar.
Hari Ketiga: Penyelesaian Tugas dan Presentasi
Hari ketiga menjadi puncak dari rangkaian kegiatan. Kami melanjutkan penyusunan modul ajar dan mempersiapkan presentasi. Setiap kelompok kemudian memaparkan hasil kerja mereka, termasuk strategi implementasi IFP di kelas. Ada banyak ide kreatif yang muncul, saling menginspirasi satu sama lain. Setelah presentasi, kegiatan dilanjutkan dengan penyusunan Rancangan Tindak Lanjut (RTL) atau pengimbasan, sebagai bentuk komitmen kami untuk menerapkan dan membagikan pengetahuan ini di sekolah masing-masing.

Hari Keempat: Penutupan
Pada hari terakhir, kegiatan ditutup dengan penuh harapan bahwa seluruh peserta mampu menjadi agen perubahan di sekolah masing-masing. Tujuan kegiatan ini, yaitu membangun kapasitas dan memberikan bekal kepada guru agar dapat mendorong adopsi teknologi secara efektif, benar-benar terasa dampaknya pada saya.
Mengikuti kegiatan ini memberi saya semangat baru untuk membawa perubahan positif di sekolah. Saya yakin, dengan pemanfaatan teknologi seperti IFP dan pemahaman AI, pembelajaran yang lebih menarik dan relevan bagi generasi masa depan dapat benar-benar terwujud.
Penulis: Nugroho Tunggal Kristianto, S.Pd., Guru Matematika SMA Santa Maria Surabaya