Tokyo, Kampus Ursulin – Sanmaris, pemerintah Kota Tokyo menggelar Tokyo Teens Square Project 2025, sebuah kegiatan internasional yang berfokus pada berbagi praktik dan pengalaman mengenai konsep Child Friendly City (Kota Layak Anak). Kegiatan ini diikuti oleh delegasi remaja dari beberapa kota, antara lain Dublin, Brussels, Surabaya, Taipei, dan tuan rumah Tokyo.
Surabaya menjadi salah satu kota yang berkesempatan mengirimkan empat delegasi anak berprestasi. Mereka adalah Agnes Nathania (perwakilan Duta INSAN sekaligus Forum Anak Surabaya/FAS), Safika Aurelia (Ketua Organisasi Pelajar Surabaya/ORPES), Muh. Airlangga Perdana (FAS), dan Areli Rukmantara (Group Assistant PERKASA). Delegasi ini didampingi oleh Arie Rukmantara dan Afina Karima yang berperan sebagai pendamping.
Rangkaian kegiatan berlangsung selama lima hari, mulai 17–23 Agustus 2025. Pada 17 Agustus, para delegasi terlebih dahulu melakukan persiapan di Jakarta, termasuk konsultasi materi presentasi bersama beberapa narasumber. Keesokan harinya, rombongan bertolak ke Jepang dan tiba di Tokyo pada 19 Agustus pagi.
Acara resmi dimulai pada 20 Agustus, ditandai dengan sesi perkenalan antar-delegasi yang diikuti sekitar 40 peserta dari berbagai kota. Mereka saling mempresentasikan organisasi masing-masing, sekaligus berdiskusi mengenai tradisi dan budaya.
Puncak kegiatan berlangsung pada 21 Agustus. Seluruh perwakilan kota menyampaikan pidato di hadapan Gubernur Tokyo, Yuriko Koike. Acara kemudian dilanjutkan dengan konferensi di Miraikan Hall, di mana tiap kota mempresentasikan program unggulannya. Delegasi Surabaya mendapat apresiasi saat menutup presentasinya dengan menampilkan jingle kampanye Online Child Sexual Exploitation and Abuse (OCSEA), yang disambut antusias oleh peserta lain.
Selain menghadiri rangkaian kegiatan resmi, delegasi Surabaya juga berkesempatan bertemu Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Aul Aula Achmad Rizal, serta berkunjung ke fasilitas publik ramah anak “Yu Suginami”. Di sana, para peserta mencoba aktivitas khas Jepang seperti origami, serta menyaksikan penampilan delegasi Surabaya yang membawakan tarian “Gemu Fa Mi Re” dan memperkenalkan menu “pecel” sebagai kuliner khas Indonesia.
Kegiatan ditutup pada 23 Agustus dengan kepulangan delegasi Surabaya ke Indonesia. Melalui partisipasi dalam Tokyo Teens Square Project 2025, para delegasi tidak hanya memperoleh pengalaman internasional, tetapi juga menegaskan komitmen Surabaya sebagai kota ramah anak. “Langkah kecil dari anak-anak bisa membawa perubahan besar bagi masa depan kota,” ujar salah satu pendamping.
Penulis: Agnes Nathania, Siswa Kelas X SMA Santa Maria Surabaya