Surabaya, Kampus Ursulin – Sanmaris, suasana haru menyelimuti Biara Ursulin Santa Angela di Jalan Raya Darmo 49, Surabaya, pagi ini, Rabu, 6 Agustus 2025, saat keluarga besar Ursulin bersama para kerabat dan sahabat mengenang serta mendoakan kepergian Suster Ruth Adiwinata, OSU.
Acara diawali pukul 08.00 WIB dengan kata pengantar dari Suster Maria Margaretha Lies Indriasari, OSU, yang biasa disapa Suster Indri. “Ada keyakinan yang teguh bahwa Suster Ruth telah diilhami Allah dengan terang kebenaran dan telah dianugerahi kerinduan akan rumah abadi di surga. Ia telah mengakhiri pertandingan dengan baik, telah mencapai garis akhir, dan telah memelihara imannya,” ujar Suster Indri.
Sesudah itu, dimulailah Misa Requiem yang dipimpin oleh RD Robertus Theo Elno Respati. Dalam homilinya, Romo Theo mengajak umat untuk bersyukur atas hidup, pelayanan, dan kesetiaan Suster Ruth sebagai anggota Kongregasi Ursulin, yang selama hidupnya telah menjadi teladan iman dan pengabdian. “Suster Ruth diberi kesempatan oleh Tuhan untuk melanjutkan kehidupan. Kematian adalah pintu untuk sampai pada kehidupan sesungguhnya, yaitu kembali kepada Sang Sumber Kasih,” tutur Romo Theo.
Usai Misa, dilanjutkan dengan Ibadat Tutup Peti yang dipimpin oleh RP Damianus Weru, SVD. Ibadat ini menjadi momen khidmat dan penuh makna, sebagai tanda penyerahan terakhir jenazah Suster Ruth kepada Tuhan.
Acara ini dihadiri oleh para Suster Ursulin, para alumni, perwakilan siswa dan guru dari Kampus Santa Maria Surabaya, serta keluarga dan kerabat dekat Suster Ruth. Ucapan terima kasih, doa, dan tangis perpisahan turut mengiringi saat peti jenazah diberkati dan ditutup.
Setelah seluruh rangkaian ibadat selesai, peti jenazah diberangkatkan menuju pemakaman para Suster Ursulin Komunitas Trinitas Cor Jesu di Malang, tempat peristirahatan terakhir Suster Ruth.
Dalam duka, terpancar juga sukacita dan rasa syukur atas kehidupan Suster Ruth yang penuh pelayanan dan kasih. Selamat jalan, Suster Ruth Adiwinata, OSU. Terima kasih atas teladan iman dan cintamu yang tak lekang oleh waktu.
Penulis: Bernardus Khrisma Wibisono, Humas Yayasan Paratha Bhakti